Anda Cuma Butuh Keseimbangan, Enrique!

Life is like a riding bicycle. To keep your balance, you must keep moving” – Albert Einstein

Jika anda memilih jurusan Teknik Sipil di jenjang kuliah anda, pada semester pertama anda akan mendapatkan mata kuliah yang bernama statika. Sebagian besar mata kuliah statika akan membahas tentang dua hal; gaya dan momen.

Tenang, saya tidak akan menjabarkan dengan rinci apa itu gaya, apa itu momen, apa rumus gaya dan momen, dan sebagainya. Namun, apabila anda tertarik, silahkan klik menu about dan hubungi saya untuk membicarakannya. Karena pada kesempatan kali ini bukan kedua hal itulah yang akan dibahas, melainkan salah satu cabang ilmu lainnya yang (juga) ada dalam statika.

Di statika ada salah satu sub-bab yang memiliki hubungan erat dengan gaya dan momen itu sendiri. Sub-bab itu adalah keseimbangan. Di KBBI, keseimbangan secara sederhana mempunyai arti keadaan seimbang. Dalam ilmu fisika-tepatnya ilmu konstruksi- untuk mendapatkan sebuah bangunan, pondasi, serta struktur yang kuat, yang diperlukan adalah keseimbangan. Bukan berarti material-material seperti pasir, baja, dan beton tidak penting. Namun, bayangkan saja ketika anda naik eskalator tiba-tiba eskalator itu bergoyang-goyang ke sana ke mari.

**

Pada hari minggu (11/09) dini hari waktu Indonesia bagian barat, Barcelona secara mengejutkan kalah 1-2 oleh tim promosi La Liga, Alaves. Dan yang lebih mengejutkan lagi kekalahan itu terjadi di stadion kebanggan cules, Camp Nou. Padahal, di atas kertas starting line-up Barcelona kala itu sudah cukup mengalahkan Alaves dengan mudah.

Pemain-pemain inti seperti Mascherano, Neymar, Sergio Busquets, Ivan Rakitic serta diisi pemain-pemain baru seperti Paco Àlcacer, Denis Suarez, Lucas Digne, dan Jasper Cillessen terlihat (lebih dari) cukup untuk sekedar mengalahkan Alaves. Bahkan, para dedengkot Barca Leo Messi, Luis Suarez, dan Andres Iniesta dimasukkan di babak kedua.

Namun seperti kata pelatih timnas Jerman 1954, Sepp Herberger, “der ball ist rund” (bola itu bundar). Juara bertahan La Liga yang diisi pemain terbaik dunia, peraih emas olimpiade, dan pencetak gol terbanyak liga Spanyol ‘pun masih belum bisa menjinakkan tim promosi.

Sebelum pertandingan, bos Barcelona memang ingin mengistirahatkan beberapa pemain yang baru kembali dari tugas negara dan memberikan waktu bermain kepada pemain-pemain yang dilihat masih kurang menit bermain. Tapi disamping itu semua, tujuan Enrique tetap sama, menang.

Tetapi rupanya Enrique (untuk saat ini) masih belum menemukan keseimbangan yang betul-betul hakiki pada skuat Barcelona musim ini. Memang jika dilihat secara garis besar skuat Barcelona musim ini sedikit lebih komplit ketimbang dua musim sebelumnya. Pemain-pemain inti masih bertahan (hanya Dani Alves dan Bravo yang pergi) ditambah pemain-pemain muda yang dibeli.

Namun ketika pemain-pemain muda dicoba untuk di-mix dengan pemain inti/senior, keseimbangan tersebut langsung hilang entah ke mana. Kalau dilihat dari skuat Barcelona musim 2015, 80% starting line-up mereka adalah yang itu-itu saja. Hasilnya? Treble. Hail Balance!

Dalam statika, untuk mendapatkan keseimbangan jumlah gaya dan momen harus sama dengan nol. Hanya itu. Perumpaannya begini, suatu balok memiliki gaya ke kanan sebesar 4 dan gaya ke kiri sebesar 4, maka balok tersebut akan seimbang (gaya=0). Sesederhana itu, ya?

Menilik dari prinsip keseimbangan di atas, alasan paling absolut kenapa Barcelona menelan kekalahan adalah karena keseimbangan (skuat Barcelona) yang telah disusun Enrique dari pertengahan tahun 2014 telah hilang dengan masuknya pemain-pemain baru. Jika diilmiahkan umpamanya seperti ini, trio MSN masing-masing mengerjakam gaya yang sama besar, sehingga hasil gaya=0 atau seimbang. Namun ketika Neymar harus bermain dengan pemain baru macam Alcacer, keseimbangan tersebut runtuh, karena gaya yang dihasilkan tidak sama besar. Kurang lebih analoginya seperti itu.

Solusinya ada dua. Pertama, tetap mengandalkan gaya bermain yang sama seperti yang Enrique terapkan ke trio MSN dan memaksanya bermain hingga 90% dari keseluruhan pertandingan. Kedua, meracik formula baru antara pemain senior dan pemain baru yang tentunya menghasilkan keseimbangan di skuat Barcelona. Solusi kedua lebih bijak dilalukan karena Enrique sudah mencoba solusi pertama di musim lalu. Dan hasilnya? Kalah 3 kali berturut-turut setelah 59 kali menang berturut-turut yang berimbas dengan lepasnya gelar liga champions.

**

Tentunya Enrique sudah belajar banyak dari kekalahan pertamanya musim ini. Terlebih tadi malam Barcelona sukses menggunduli juara liga Skotlandia 7-0 yang pelatihnya sangat menggemaskan itu.

Yah, jika Enrique tidak mau pusing-pusing ketika mengalami kekalahan, ia cukup mengikuti apa kata opa Einstein, “Anda cuma harus bergerak!”.

14 September 2016
Gambar: http://www.sbs.com.au/news/sites/sbs.com.au.news/files/images/2/0/2016-01-02T200227Z_1_LYNXMPEC010CW_RTROPTP_2_SOCCER-SPAIN.JPG


Leave a comment